[Jepang 2016] Persiapan Sebelum Berangkat (Mulai dari Mengurus Visa Jepang, Itinerary, sampai Budgeting)

Monday, May 01, 2017

**Beware of long post

Halo, sudah lama nggak update blog ini! Setelah lama nggak tahu mau dibawa ke mana blog ini, akhirnya saya memutuskan untuk berbagi cerita yang kalau rajin saya ketik. Post kali ini adalah tentang pengalaman jalan-jalan ke Jepang bulan Oktober-November 2016 lalu. Sebenarnya ini kedua kalinya saya pergi ke Jepang, tapi ini pertama kalinya harus MENGURUS SENDIRI semua keperluan dari awal, mulai dari mengurus visa Jepang sendiri, membuat itinerary, sampai mengurus budgeting-nya. Huft...



Page Contents
1. Saldo Tabungan
2. Pembuatan Visa
3. Menyusun Itinerary
4. JR Pass vs Tokyo Subway Ticket vs Pasmo/Suica
5. Willer Bus
6. Penginapan
7. Wi-fi
8. Rincian Anggaran
9. Situs yang Berguna

Berawal dari keinginan saya dan Fania untuk pergi ke Jepang (anak sasjep pastilah pengen sekali-kali pergi ke Jepang, ya), akhirnya kita coba mengadu nasib ke Garuda Travel Fair April 2016. Ini pertama kalinya kami pergi ke acara begini dan hasilnya... bingung banget! Tapi, berhubung pemilik kartu BNI bisa masuk gratis (demen gratisan, hehe), jadinya kita semangat pergi ke sana. Hari Jumat, bolos kerja, datang satu setengah jam sebelum pintu dibuka, dan... antriannya sudah rame!

Suasana antrian sekitar pukul 8.30, open gate baru jam 10, lho

Setelah pintu dibuka, kami berdua yang nggak tahu apa-apa ini cuma bisa ngikutin arus orang-orang yang pada lari-lari. Entah bagaimana, akhrinya dapat juga tiket Jkt-Hnd PP! Bahagianya~ *´▽`*

Sempat stres juga karena ada masalah dengan kartu atm saya yang bikin harus bulak-balik datang ke kantor travelnya dan nelepon BNI untuk mengurus refund, tapi let it go, lah~ toh, akhirnya kesampaian juga untuk jalan-jalan ke tempat yang jauh sama temen, biasanya kalau sudah direncanain dari jauh hari ujungnya pasti nggak jadi. 

Setelah tiket di tangan, sekarang giliran pusing mikir itinerary, saldo tabungan, dan membuat visa. 


Saldo Tabungan


Untuk pergi ke luar negeri, biasanya dibutuhkan batas nominal saldo tertentu di tabungan. Dari hasil menelusuri internet, perhitungannya adalah jumlah hari di Jepang dikali 1 juta. Kami pergi selama 10 hari (2 hari PP + 8 hari jalan-jalan) berarti paling nggak butuh 10 juta. Tapi, biar nggak parno, kami anggap kebutuhan satu hari sebesar 1,5 juta sehingga total yang dibutuhkan adalah 15 juta. Mengintip jumlah saldo di tabungan... perjalanan masih jauh untuk bisa jadi dua digit. Untung Oktober pun masih lama...


Pembuatan Visa


Ini yang paling bikin khawatir. Bagi yang pertama kali membuat visa, rasanya takut banget kalau visanya ditolak! Sebenarnya akan lebih gampang kalau mengurus e-passport, tapi kami hanya punya paspor biasa. Lagipula, dari blog-blog yang saya baca, katanya membuat visa Jepang nggak sesusah itu asalkan dokumennya lengkap dan disertai beberapa dokumen tambahan lagi. Informasi visa Jepang bisa dicek di website kedubes Jepang dan karena kami jalan-jalan pribadi, maka apply visa kunjungan sementara untuk kunjungan wisata dengan biaya sendiri

Menunggu antrian pembuatan visa, deg-degan~

Karena pengajuan aplikasi visa hanya dilayani pada hari kerja pukul 08.30-12.00 saja, mau nggak mau kami bolos kerja hari itu. Dengan membawa biaya pembuatan visa sebesar Rp 330.000,00 (Rp 370.000,00 tahun 2017) untuk visa single entry, kami harus berjalan dari halte busway Sarinah menuju kantor kedubes Jepang. Dokumen yang saya berikan di loket pembuatan visa antara lain:

1. Paspor
2. Formulir permohonan visa yang ditempel pasfoto 4,5 x 4,5 cm berlatar putih
(di situs kedubes Jepang memang dibilang harus menggunakan pasfoto terbaru, tapi saya sendiri pakai foto setahun lalu dan nggak ada masalah. Jadi, selama wajah kita nggak banyak berubah, masih nggak apa-apa)
3. Foto kopi KTP di kertas A4 (seperti saat buat paspor)
4. Bukti pemesanan tiket pesawat
5. Jadwal perjalanan (tidak perlu sama dengan jadwal sebenarnya, yang penting jelas tujuan dan tempat menginap selama di sana)
6. Rekening koran 3 bulan terakhir + halaman pertama buku tabungan (yang ada nama & nomor rekening)
7. Surat referensi bank*
8. Surat keterangan kerja*
9. Bukti pemesanan penginapan*
*tidak dipersyaratkan oleh kedubes Jepang

Semua dokumen tersebut harus disusun sesuai urutannya agar tidak terlewat dari pengecekan petugas. Untuk surat referensi bank, saya minta dibuat dalam bahasa Inggris dan surat ini tidak bisa langsung jadi dalam satu hari. Perlu menunggu 2-3 hari tergantung banknya masing-masing. Apabila kamu pergi bersama teman dengan jadwal perjalanan dan tempat menginap yang sama, maka nggak perlu mengambil dua nomor antrian dan bisa menggabungkan dokumen kalian (sebelumnya saya kira yang boleh digabung hanya kalau keluarga). Setelah menyerahkan dokumen dan membayarkan biaya pembuatan, kita akan diberi kertas pengambilan visa. Visa baru jadi sekitar 3 hari kerja kemudian dan waktu pengambilan adalah pukul 13.30-15.00. Kami nggak perlu bolos kerja dan hanya minta izin pergi agak lama saja, hehe~

Panduan mengisi formulir permohonan visa yang ada di kedubes

Blog ini dan ini sangat membantu ketika bingung harus membawa dokumen pelengkap apa dan bagaimana cara mengisi formulir permohonan dan jadwal perjalanan. Kalau nggak mau ribet, kita bisa menggunakan jasa travel agent untuk membuat visa, tentunya dengan sedikit biaya tambahan. Waktu itu kami memutuskan untuk mengurus sendiri pembuatan visa dengan alasan 'agar tahu' dan 'mengirit biaya'. Sebagai anak part-time yang tidak jelas statusnya, kami nggak boleh menghamburkan uang, 'kan? X"D


Menyusun Itinerary


Urusan visa selesai, berlanjut ke itinerary yang memakan waktu paling lama. Beda orang beda keinginan. Ini baru dua orang saja sudah banyak maunya, apalagi kalau perginya rame-rame, haha~

Pada akhirnya, kami memutuskan pergi ke tiga tujuan mainstream di Jepang, yaitu Tokyo, Kyoto, dan Osaka. Bagi kami yang baru pertama kali ke Jepang, rasanya ketiga kota ini cukup untuk merasakan pengalaman jalan-jalan di Jepang. Sekarang tinggal menentukan tujuan, transportasi, dan penginapannya!

Karena ada 8 hari yang bisa dipakai untuk jalan-jalan di sana dan bandara untuk PP adalah Haneda di Tokyo, maka kami membagi jadwal menjadi Tokyo (2 hari), Kyoto (2,5 hari), Osaka (1,5 hari), dan kembali ke Tokyo (2 hari).

Untuk tujuannya, kami mendata tempat mana saja yang ingin kami kunjungi, mulai dari tempat terkenal seperti Tokyo Sky Tree sampai kantor-kantor penerbit Jepang seperti Shogakukan dan Shueisha. Yah, walaupun pada akhirnya banyak yang harus kami coret dari itinerary awal dan merombaknya habis-habisan karena waktu yang nggak cukup.

Untuk itinerary awal yang direncanakan dan itinerary yang akhirnya dilakukan selama di Jepang bisa dilihat di sini.


JR Pass vs Tokyo Subway Ticket vs Pasmo/Suica


Pakai yang mana?

Ini cukup jadi perdebatan panajng antara kami berdua. Kami sudah menentukan transportasi di dua kota lainnya, hanya tinggal transportasi di Tokyo. Sebelum berpusing-pusing ria, mari kita lihat dulu perbedaannya.

  • JR Pass

Sumber: nurse-issistic traveller

JR Pass adalah tiket khusus yang dikeluarkan oleh Japan Rail (JR) yang bisa digunakan di jalur kereta seluruh Jepang, termasuk beberapa kereta shinkansen. JR Pass ini hanya bisa digunakan oleh wisatawan asing atau orang asing yang tinggal di Jepang sehingga tiket ini nggak bisa dibeli di dalam Jepang. Di Indonesia, cukup banyak tempat yang menjual JR Pass ini, seperti H.I.S., JTB, atau JR Pass Indonesia

Sumber: Japan Guide

Kelebihan: dapat digunakan di seluruh Jepang dan dapat berkali-kali naik shinkansen tanpa terkena biaya tambahan

Kekurangan: harganya yang cukup mahal dan nggak bisa digunakan di luar jalur JR

Dengan JR Pass ini, kita bisa naik shinkansen berkali-kali tanpa harus membayar lagi. Tetapi, tentunya nggak semua shinkansen bisa kita naiki. Ada beberapa kereta shinkansen yang akan dikenai biaya tambahan, antara lain shinkansen Nozomi pada jalur Tokaido-Sanyo Shinkansen dan shinkansen Mizuho pada jalur Sanyo-Kyushu Shinkansen. Penggunaan lebih lengkap bisa dilihat di situs ini. JR Pass ini lebih cocok bagi wisatawan yang ingin mengunjungi berbagai kota dalam satu perjalanan. 

  • Tokyo Subway Ticket


Tokyo Subway Ticket adalah tiket khusus kereta bawah tanah (subway) di dalam kota Tokyo sehingga kita bisa bebas berapa kali pun menggunakan subway tanpa terkena biaya tambahan. Tiket ini hanya bisa dibeli di dalam Jepang, seperti di bandara, beberapa hotel/hostel, tourist information, dan Bic Camera/LAOX. Untuk penggunaan dan tempat pembelian lebih lengkap bisa dilihat di situs ini. 


Kelebihan: harganya murah dan menjangkau lebih banyak tempat wisata di Tokyo (karena jumlah stasiun subway jauh lebih banyak dari jumlah stasiun JR)

Kekurangan: hanya dapat digunakan dalam Tokyo dan terkadang untuk mencapai stasiun besar dibutuhkan beberapa kali pindah jalur

Tokyo Subway Ticket ini lebih cocok bagi wisatawan yang akan menghabiskan waktu lama di Tokyo. Walaupun harganya murah dan jangkauannya luas, membaca peta jalur subway bisa menjadi tantangan tersendiri, jadi selalu carilah peta stasiun dan jangan malu bertanya kepada petugas stasiun, ya~

versi sederhana (HQ unduh di sini)

  • IC Cards

Jenis-jenis IC Card serta daerah berlakunya

IC Cards ini mirip dengan kartu multi-trip commuter line di Indonesia. Hanya saja, di Jepang kartu ini nggak hanya bisa digunakan untuk transportasi, tetapi juga bisa digunakan untuk membayar pembelian di beberapa toko dan vending machine atau dalam menggunakan coin locker. Jenis-jenis IC Card dan daerah penggunaannya bisa lebih lengkap dilihat pada situs ini. 


Di Tokyo, IC Cards yang digunakan antara lain Suica dan Pasmo. Perbedaan kedua kartu ini adalah dari perusahaannya. Pasmo dikeluarkan oleh Tokyo Metro sehingga pembelian dan pengembalian hanya bisa dilakukan di kantor Tokyo Metro. Sementara Suica dikeluarkan oleh Japan Rail yang pembelian dan pengembaliannya bisa dilakukan di stasiun-stasiun JR atau bandara. Kartu yang masih memiliki sisa saldo bisa direfund dan cara pengembaliannya bisa kamu lihat di sini. 

Kelebihan: memudahkan kita dengan tidak perlu membeli tiket terlebih dahulu

Kekurangan: tidak memberikan diskon tertentu dan harga tiket yang dikenakan adalah harga normal



Setelah melihat bahwa kami lebih banyak menghabiskan waktu di dalam kota Tokyo dan hanya pergi ke kota-kota besar seperti Kyoto dan Osaka, akhirnya kami memilih untuk nggak membeli JR Pass dan lebih memakai Tokyo Subway Ticket. Karena perjalanan di Tokyo dibagi menjadi 2 bagian, kami membeli Tokyo Subway Ticket 48-hour sebanyak 2 lembar untuk masing-masing orang (satu lembar dibeli di Haneda dan satu lembar lagi di LAOX Akihabara karena di bandara satu orang hanya boleh membeli satu lembar saja).


Willer Bus


Karena nggak beli JR Pass, maka perjalanan antarkota nggak bisa memakai shinkansen (karena tiketnya terlalu mahal, haha). Sebagai gantinya, kami memakai jasa Willer Bus, express bus yang melayani perjalanan antarkota. Kami memilih menggunakan night bus jadi nggak perlu lagi mem-booking penginapan karena bisa tidur di bus. Dan kalau beruntung, harga busnya bisa lebih murah dari harga satu malam menginap di hostel.

Sayangnya, pembayaran bus ini hanya bisa dilakukan menggunakan kartu kredit dan masalahnya kami berdua sama-sama nggak punya kartu kredit (maklum, keluarga saya anti kartu kredit karena dicemaskan bisa menimbulkan hedonisme berlebihan). Akhirnya, kami mengemis meminta pinjaman kartu kredit Sapto, teman yang tinggal dan bekerja di Jepang. Sapto bersedia menalangi pembayaran terlebih dahulu dan bahkan bersedia juga jadi guide kami selama mengunjungi Tokyo! Arigatou gozaimuch, Sapto~!

Kami menggunakan bus ini dua kali, yaitu dari Tokyo-Kyoto dan Osaka-Tokyo. Walaupun hanya kelas relax (yang standar), tapi kursinya lebih nyaman daripada kursi pesawat yang bikin pegal bahu XD

Suasana di dalam bus yang kami naiki


Penginapan


Itinerary sangat bergantung dari letak penginapan. Kalau ingin menjangkau banyak tempat dalam satu hari, tentunya kita butuh penginapan yang letaknya strategis. Karena keterbatasan anggaran, kami mencoret hotel dari daftar tempat menginap dan beralih ke hostel murah meriah. Setelah menelurusi berbagai blog tentang penginapan di Jepang, saya menemukan link ini:

http://hanahostel.com/hostel-listing.html#listing

Link di atas cukup membantu untuk melihat-lihat berbagai hostel yang letaknya dirasa strategis di setiap kota. Hostel tempat kami menginap juga didapat dari list di atas.

Tokyo

Toco. Heritage Hostel hostel bergaya ryokan yang terletak di Ueno. Kalau ingin merasakan tidur dengan futon di lantai tatami, coba, deh, ke sini!

Sakura Hostel Asakusa hostel populer di Asakusa dekat kuil Sensoji. Lokasinya dekat banget dengan Sensoji dan staffnya bisa berbahasa Inggris dengan lancar. Ada juga makanan dan minuman gratis hasil sumbangan dari para traveller lainnya. Paling banyak adalah teh sar*wangi dari Indonesia, haha.

Kyoto

Len Kyoto Kawaramachi masih satu franchise dengan Toco. tapi nggak bergaya ryokan. Lokasinya cukup strategis, dekat dengan halte bus dan statiun subway.


Osaka

B&S Eco-Cube Shinsaibashi hotel kapsul di Shinsaibashi karena Fania pengen banget coba nginap di hotel kapsul. Cuma jalan sebentar dan kita sampai di Shinsaibashi yang super rame!


Wi-fi


Koneksi internet sangat dibutuhkan di sana. Walaupun banyak yang bilang kalau di Jepang banyak free wifi, tapi tempat yang menyediakan fasilitas itu hanyalah tempat-tempat tertentu seperti stasiun atau seven-eleven. Dan kami membutuhkan wifi untuk berkomunikasi seperti menelepon/chat atau untuk mencari jalan sehingga nggak bisa hanya bergantung pada free wifi. Kami memilih untuk menyewa wifi dari Indonesia supaya nggak sulit di sana. Pilihan jasa penyewaan pocket wifi di Indonesia sangat banyak, tapi kami menyewa dari H.I.S. alasannya karena letak kantor H.I.S. dekat dengan kantor kami dan saya punya kenalan di sana, tehe~



Rincian Anggaran


1. Tiket pesawat Garuda PP Rp 4.500.00,00
2. Visa Jepang Rp 330.00,00
3. Tukar 80.000 yen RP 10.116.000,00 (tukar di 3 tempat berbeda jadi kursnya juga beda-beda)
- 20.000 yen kurs 125.8 = Rp 2.516.000,00
- 10.000 yen kurs 126 = Rp 1.260.000,00
- 50.000 yen kurs 126.8 = Rp 6.340.000,00
4. Sewa wi-fi di HIS Rp 1.737.000,00/2 = Rp 868.650,00
5. Hostel selama di Jepang
- Toco. Heritage Hostel 3.400 yen
- Sakura Hostel Asakusa 6.000 yen
- Len Kyoto Kawaramachi 3.400 yen
- B&S Eco Cube Shinsaibashi 3.500 yen
6. Bus Willer
- Tokyo -> Kyoto 4.460 yen
- Osaka -> Tokyo 7.200 yen
7. Pass Kereta/Bus
- Tokyo Metro Pass 48-hour 2 buah 2.800 yen
- Kyoto City Bus Pass 3 buah 1.500 yen
- Osaka Amazing Pass 2 day 3.000 yen

Total: Rp 15.800.000 (sisa 6.000 yen disimpan~)


Situs yang Berguna


1. Japan Guide, untuk mencari informasi lengkap tempat wisata di Jepang
2. Hyperdia, untuk mencari jadwal kereta
3. Arukumachi Kyoto, untuk mencari nomor bus di Kyoto
4. HHWT, untuk mencari tempat sholat dan makanan halal
5. List hostel di Jepang


Post akan dibagi per hari, semoga saya nggak malas untuk menulisnya, haha!

~ Hari 1 - Bandara Haneda, Imperial Palace East Gardens, Stasiun Tokyo, Shibuya 
~ Hari 2 - Ueno Park, Ameyoko, Ikebukuro, Akihabara


You Might Also Like

0 comments

Popular Posts

Followers

Subscribe